Demi mendapatkan tubuh ala model, banyak
wanita yang rela melakukan berbagai cara, mulai dari yang manual seperti
olahraga dengan intensitas yang berlebihan hingga cara instan seperti
operasi sedot lemak.
Bahkan menurut sebuah studi satu dari tiga
wanita muda rela terkena gangguan makan seperti halnya bulimia dan
anoreksia untuk menurunkan berat badannya.
Temuan ini didasarkan
pada sebuah survei yang melibatkan 470 siswa sekolah menengah berusia
15-17 tahun yang berasal dari Melbourne, Australia.
"Dalam studi
ini, ternyata gangguan makan itu dianggap sebagai hal positif dan
diterima secara luas oleh masyarakat. Penderitanya pun dielu-elukan
karena dianggap telah melakukan hal yang mengagumkan atau patut ditiru
seperti memiliki kemauan yang kuat, gejala-gejala yang dialaminya pun
dapat diterima secara luas," terang peneliti Rachel Gold dari La Trobe
University.
Menurut data yang dimiliki Victorian Centre of
Excellence in Eating Disorders, satu dari 20 wanita Australia menderita
salah satu jenis gangguan makan, sedangkan 25 persen orang Australia
mengaku kenal dengan seseorang yang menderita gangguan makan.
Namun
kendati gangguan makan ini dapat diterima oleh publik, nyatanya
beberapa responden studi ini menganggap para penderita telah melakukan
upaya yang sangat sia-sia dan menuding penderita sebagai tukang caper
(cari perhatian). Stigma negatif inilah yang menghentikan upaya sejumlah
penderita untuk mencari pengobatan.
"Banyaknya stigma negatif
terhadap para penderita gangguan makan justru menunjukkan kurangnya
kesadaran orang-orang untuk membantu penderita yang mereka kenal
sehingga mereka cenderung tidak mendapatkan pengobatan yang layak,"
catat Gold seperti dilansir dari
medindia, Selasa (9/10/2012).
Gold
juga menyalahkan berbagai situs dan blog yang memaparkan berbagai tips
untuk gaya hidup 'semi-anoreksia' atau 'bulimik paruh waktu' karena
telah mengkampanyekan metode penurunan berat badan yang salah kaprah.
0 komentar:
Posting Komentar