Minggu, 31 Maret 2013

Agar Produktif, Pintarlah Atur Waktu Tidur






Tidur seringkali disepelekan, karena dianggap sebagai suatu kegiatan yang membuang-buang waktu alias tidak produktif. Tapi jangan salah, mendapatkan waktu tidur yang cukup, justru membuat seseorang menjadi lebih produktif.  Kok bisa?

Ya, banyak riset menunjukkan bahwa orang yang kurang waktu tidur kekebalan tubuhnya cenderung menurun sehingga mudah sekali terserang berbagai penyakit infeksi seperti misalnya flu, radang tenggorokan, dan demam.

Singkatnya, apabila Anda sering sakit dan jarang masuk kantor, otomatis produktifitas Anda juga akan menurun. Inilah yang menjadi alasan mengapa tidur erat pengaruhnya terhadap produktifitas pekerjaan seseorang.

Sama seperti yang dialami Irwan, 24 tahun. Pria bertubuh tinggi besar ini mengaku sangat sulit untuk bisa tidur tepat waktu. Paling-paling, setiap malamnya ia hanya bisa tidur 2-3 jam.

"Saya sudah biasa tidur di atas jam 01.00 . Kurang dari situ, mata kayaknya susah untuk dipejamkan," cetusnya, yang kini bekerja sebagai salah satu karyawan bank swasta di Jakarta.

Irwan mengaku tersiksa dengan keadaannya tersebut. Bahkan beberapa kali ia juga pernah mendapat teguran dari atasannya karena sering terlambat masuk ke kantor.

Untuk mengatasi rasa kantuk saat bekerja, konsumsi kopi pun selalu menjadi teman terbaiknya. Bahkan, pria yang hobi bermain gitar ini mengaku bisa menghabiskan dua sampai tiga gelas kopi dalam sehari.

"Meskipun minum kopi bisa bikin kantuk hilang, tapi badan rasanya masih saja lemas, dan sulit konsentrasi," cetusnya.

Seperti dikutip laman WebMD, kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam kinerja dan kewaspadaan. Bahkan, mengurangi waktu tidur malam sedikitnya satu setengah jam, dapat mengakibatkan berkuranganya kewaspadaan di siang hari sebesar 32 persen.

Menurut praktisi kesehatan tidur dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Dr Andreas Prasadja, RPSGT, menurunnya kewaspadaan dan kantuk di siang hari yang berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu panjang juga dapat memicu kerusakan memori dan kemampuan kognitif - kemampuan untuk berpikir dan memproses informasi.

"Akibat tidur kurang, pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan satu jam mungkin akan menjadi tiga jam.  Jadi saya selalu bilang, tidur yang baik adalah cara cerdas meningkatkan produktivitas. Performance kita hanya bisa di revitalisasi dengan tidur. Kalau dipaksa kerja performance tidak bagus," papar Andreas.

Karyawan yang kurang tidur lanjut Andreas juga cenderung mudah murung dan kurang toleran terhadap rekan kerja mereka, sehingga membuat emosi mudah meledak-ledak.

Manfaatkan Power Nap
Lantas bagaimana cara mengatasinya? Pertama, jangan mencoba melawan rasa kantuk dengan mengonsumsi suplemen tertentu atau minum berbagai bermacam stimulan seperti misalnya kopi atau minuman energi. Karena stimulan tersebut hanya dapat menahan rasa kantuk, tetapi tidak meningkatkan performance.

"Meski seolah-olah kita merasa euforia, tetapi kemampuan konsentrasi, analisa, ketelitian, dan kaewaspadaan tetap buruk. Jadi lebih baik tidurnya dibenerin," saran Andreas.

Kedua, lakukan power nap. Ini adalah istilah keren untuk tidur pendek yang bisa menjadi cara untuk membayar waktu tidur malam Anda yang hilang dan memerangi kelelahan di tempat kerja.

Power nap, tutur Andreas, tidak harus lama, karena dapat dilakukan pada jam istirahat di tempat kerja atau setelah makan siang.  Anda hanya butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk tidur siang.

"Setelah makan siang 15 menit, selebihnya bisa dimanfaatkan untuk power nap. Itu lebih baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan performance," jelasnya.

Saran Andreas  ini patut dipertimbangkan karena sejalan dengan hasil penelitian para ilmuwan di Harvard School of Public Health Amerika Serikat dan University of Athens Medical School Yunani. Para peneliti menemukan bahwa seseorang yang cukup mendapatkan waktu tidur siang secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan bahkan menurunkan risiko penyakit jantung.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/02/24/18005959/Agar.Produktif.Pintarlah.Atur.Waktu.Tidur

Sabtu, 30 Maret 2013

Hadang Insomnia dengan Olahraga Rutin






Ingin tidur Anda nyenyak, cobalah untuk berolahraga teratur. Sebuah survei baru mengungkapkan, orang yang berolahraga teratur meskipun ringan, memiliki tidur yang lebih baik daripada mereka yang tidak berolahraga.

Di antara orang yang mengatakan mereka melakukan olahraga ringan, moderat, hingga berat selama seminggu, sebanyak 56-67 persen melaporkan bahwa mereka dapat tidur nyenyak hampir setiap malam selama seminggu. Sedangkan bagi mereka yang tak berolahraga, hanya 39 persen di antaranya yang melaporkan dapat tidur nyenyak.

Orang yang berolahraga juga lebih kecil kemungkinannya menderita masalah tidur jika dibandingkan dengan orang yang tidak. Hanya 8 persen di antara orang yang berolahraga berat mengatakan memiliki kesulitan tidur, dibandingkan 24 persen orang yang tidak berolahraga.

Survei yang melibatkan 1.000 orang dewasa yang berusia 23 hingga 60 tahun. Lebih dari 50 persen dari peserta rutin olahraga ringan, 25 persen olahraga moderat, 18 persen olahraga berat, dan 9 persen tidak berolahraga.

Olahraga ringan yaitu berjalan, olahraga moderat antara lain angkat beban dan yoga, dan olahraga berat yaitu berlari jarak jauh, berenang, dan bersepeda. Para peserta dikelompokkan berdasarkan aktivitas yang mereka lakukan paling tidak 10 menit setiap harinya.

Psikolog tidur dari National Jewish Health di Denver Liza Meltzer yang tidak terlibat dalam survei mengatakan, survei yang dilakukan oleh National Sleep Foundation ini mendukung aturan klasik dari tidur yakni orang yang aktif bakal tidur lebih nyenyak.

Kendati demikian, penting untuk menyadari bahwa survei ini hanya menemukan satu hubungan yang tidak dapat membuktikan bahwa olahraga memang benar-benar dapat membantu orang untuk tidur. Ada kemungkinan orang yang tidak tidur dengan baik terlalu lelah untuk berolahraga.

Meltzer mengatakan ada beberapa keuntungan yang dapat diambil dari olahraga guna mendapatkan tidur yang lebih baik, antara lain:
- olahraga teratur membuat waktu tidur dan bangun menjadi ikut teratur sehingga merujuk ke kualitas tidur yang lebih baik.

- Olahraga dapat menurunkan berat badan, sehingga mengobati dan mencegah sleep apnea, yaitu henti napas saat tidur, yang kebanyakan diderita orang yang obesitas.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/03/05/10404942/Hadang.Insomnia.dengan.Olahraga.Rutin

Rabu, 27 Maret 2013

Memilih Olahraga Sesuai Golongan Darah






Terkadang meski kita sudah rutin berolahraga tetapi hasilnya tetap tak sesuai yang diharapkan. Mungkin yang perlu Anda lakukan adalah memilih jenis olahraga sesuai golongan darah.

"Setiap golongan darah adalah cetak biru genetik yang unik pada tiap orang. Karena itu makanan yang kita asup dan olahraga yang dilakukan tentu tak bisa disamakan," kata Dina Khader, pakar nutrisi.

Ada empat golongan darah, yakni A,B,AB, dan O. Setiap golongan tersebut mengandung jenis antigen yang berbeda yang bereaksi pada sistem imun tubuh.

Menurut Dr.James D'Adamo, penulis buku Eat Right for Your Type, setiap golongan darah telah berevolusi selama berabad-abad, itu sebabnya ada reaksi yang berbeda pula pada pola makan dan latihan olahraga yang dilakukan.

Berikut adalah jenis latihan yang sesuai berdasarkan golongan darah.

Golongan darah A

Jika orang yang bergolongan darah A melakukan olahraga yang intens atau terlalu keras akan memicu lebih banyak stres pada otot. "Karena itu otot akan mengeras dan terbentuk lebih banyak asam laktat," kata Khader.

Hal tersebut bisa meningkatkan kadar kortisol sehingga tubuh menjadi cepat lelah dan terkadang berat badan cepat naik. "Orang yang golongan darahnya A lebih baik melakukan olahraga seperti yoga, Tai Chi, dan sejenisnya," katanya.

Golongan darah B

Olahraga yang cocok dengan golongan darah ini adalah yang seimbang. Ini berarti mereka disarankan melakukan sedikit olahraga yang melibatkan olah napas serta penurunan stres seperti yoga, tetapi juga perlu melakukan latihan kardio dan angkat beban.

Golongan darah AB

Orang yang memiliki golongan darah AB disarankan untuk mengombinasikan aspek latihan antara golongan darah A dan B secara rutin.

Golongan darah O

Mereka yang memiliki darah golongan O disarankan melakukan latihan intensitas tinggi. "Makin tinggi intensitasnya, mereka akan makin merasa lebih baik serta hasil latihan lebih terlihat," kata Khader.

Latihan dengan intensitas tinggi juga membuat orang yang memiliki golongan darah O lebih berenergi, membakar lebih banyak lemak, serta meningkatkan pelepasan endorfin sehingga perasaan lebih gembira.

Khader menjelaskan, program latihan berdasarkan golongan darah ini sebaiknya dilakukan sedikitnya selama 6 minggu secara rutin. Kombinasikan dengan pola makan yang tepat sesuai golongan darah.
"Hasilnya bukan cuma berat badan turun tapi juga lebih berenergi, tidak gampang lelah, dan stres berkurang," katanya.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/03/20/09374064/Memilih.Olahraga.Sesuai.Golongan.Darah

Apa Kaitan Epilepsi dengan Depresi?






Penyandang epilepsi rentan terkena depresi. Kasus depresi pada penderita epilepsi tercatat cukup tinggi yaitu 30-50 persen. Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa dari Bagian Psikiatri FKUI-RSCM Suryo Dharmono, ada dua faktor yang menyebabkan demikian, yaitu faktor alamiah otak dan faktor stigma.

Epilepsi menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO) merupakan gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan yang berulang yang terjadi akibat ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada sel saraf. Hal tersebut menyebabkan kelainan motorik, sensorik, otonom, atau psikis.

Faktor alamiah otak, jelas Suryo, berhubungan dengan kadar kimia otak yang tidak seimbang pada penyandang epilepsi yang mempengaruhi keadaan depresi. "Seperti kadar serotonin yang rendah di otak akan menyebabkan depresi," ungkapnya dalam acara World Purple Day 2013 yang bertajuk "Ayo Peduli Epilepsi!" Rabu (20/3/2013) di Jakarta.

Suryo menjelaskan, faktor ini tidak dapat dihindari, melainkan dengan menghindari hal-hal yang memicu epilepsi, seperti lelah dan mengantuk. "Tidur teratur dan cukup perlu dilakukan oleh penyandang epilepsi," tuturnya.

Faktor lainnya adalah self stigma dan stigma sosial. Faktor ini, menurut Suryo, sering dialami penyandang epilepsi dalam aktivitas mereka dalam masyarakat.

Suryo memaparkan, self stigma timbul dari rasa tidak percaya harus menyandang epilepsi dari diri penyandang sendiri. Sehingga timbul rasa tidak percaya diri yang mengakibatkan depresi. Keluarga yang melakukan proteksi berlebihan yang membatasi kegiatan penyandang epilepsi juga merupakan penyebab depresi.

Stigma sosial dilakukan oleh masyarakat, terutama setelah ada kejadian penyandang epilepsi yang mengalami kejang di tempat-tempat umum.

"Maka penting dilakukan destigmatisasi dan membangun persepsi positif terhadap penyandang epilepsi melalui edukasi yang dilakukan secara berkesinambungan," cetus Suryo.

Dokter spesialis saraf dari Departemen  Neurologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Suryani Gunadharma  dalam kesempatan yang sama menambahkan, epilepsi juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma. "Mungkin hal ini juga menambah risiko depresi pada penyandang epilepsi," ujarnya.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/03/21/16494489/Apa.Kaitan.Epilepsi.dengan.Depresi

5 Cara Menekan Nafsu Makan






Salah satu penyebab berat badan lebih gampang naik adalah sulit menahan rasa lapar. Bahkan, seringkali ketika kita sudah makan tapi tetap merasa lapar. Menjaga perut agar tidak cepat lapar kembali bisa menjadi kunci untuk membatasi jumlah kalori yang masuk.

Berikut adalah 5 cara yang layak dicoba untuk menekan nafsu makan atau pun memperpanjang rasa kenyang.

1. Lebih banyak lemak
Sepertinya memang kontraproduktif, tetapi mengonsumsi lebih banyak lemak adalah strategi pintar mengurangi berat badan, asalkan lemak yang dipilih tepat. Para ahli mengatakan asam oleic, si lemak baik, akan memicu usus halus memproduksi oleoylethanolamide, zat yang akan mempengaruh sistem saraf dan melepaskan pesan ke otak bahwa perut telah kenyang.

Sumber lemak yang baik antara lain kacang-kacangan, alpukat, dan minyak zaitun murni. Keuntungan lain dari konsumsi lemak adalah menunda pengosongan perut sehingga kita merasa kenyang lebih lama.

2. Porsi kecil
Peneliti dari Arizona State University menemukan bahwa memotong-motong makanan dalam porsi kecil akan mendorong timbulnya kepuasan lebih besar dibandingkan dengan makan dalam porsi besar, meski jumlah kalorinya sama.

3. Banjir endorfin
Para ahli mengatakan bahwa kegiatan olahraga bukan cuma membakar kalori dan mempercepat metabolisme, tetapi juga mengembalikan sensitivitas saraf yang terkait dengan kepuasan. Hal ini pada akhirnya akan membuat kita tak tergoda ngemil. Bukan cuma olahraga berat yang bisa mendatangkan efek ini, berjalan kali selama 15 menit ternyata cukup efektif.

4. Sarapan
Awali hari dengan kegiatan yang baik, seperti sarapan. Selain meningkatkan metabolisme, makan pagi juga berpengaruh besar pada asupan makanan. Orang yang malas sarapan mengonsumsi makanan manis 40 persen lebih banyak, mengonsumsi minuman soda 55 persen lebih banyak, dan kurang makan sayur dan buah. Beberapa penelitian juga menyebutkan orang yang jarang sarapan cenderung lebih gemuk.

5. Makan perlahan
Penelitian yang dimuat dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menemukan bahwa makan dengan cepat akan menghambat pelepasan hormon yang berkaitan dengan rasa kenyang. Akibatnya, seseorang makan secara berlebihan. Makan perlahan juga membuat kita merasa lebih puas terhadap apa yang dimakan.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/03/25/09420582/5.Cara.Menekan.Nafsu.Makan

Senin, 25 Maret 2013

Kebanyakan Duduk Memicu Diabetes






Kurangilah waktu duduk Anda mulai sekarang agar terhindar dari risiko diabetes. Makin banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk, makin besar pula kemungkinan Anda menderita penyakit ini.

Para ahli mengatakan, meminta pasien untuk mengurangi waktu duduk dalam upaya pencegahan diabetes ternyata lebih efektif dibanding meminta mereka untuk sering berolahraga.

Untuk mencegah obesitas dan diabetes, kita dianjurkan melakukan olahraga moderat sampai berat sedikitnya 150 menit setiap minggu. Namun, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Diabetelogia menyebutkan, mengurangi waktu duduk sampai 90 menit sehari memiliki manfaat kesehatan yang sama.

"Saat ini, kegiatan sedentari (kurang aktivitas) menghabiskan porsi waktu terbanyak setiap harinya," kata Joseph Henson dari Universitas Leicester.

Gaya hidup sedentari tersebut dimiliki sebagian besar orang di era modern ini. Pagi hari mereka menghabiskan waktu 1-2 jam untuk berangkat ke tempat kerja dengan duduk di kendaraan, kemudian di kantor sekitar 8 jam lebih banyak di belakang meja, dan pulang ke rumah kembali duduk-duduk santai menonton televisi.

Penelitian yang dilakukan Henson itu terdiri dari dua penelitian yang meliputi 153 orang dewasa. Responden dalam penelitian pertama rata-rata berusia sekitar 33 tahun, sementara studi kedua melibatkan responden berusia 65 tahun. Pada tiap penelitian, dibandingkan waktu yang dihabiskan untuk duduk atau sedentari, serta waktu berolahraga.

Para peneliti menemukan bahwa waktu yang dihabiskan untuk duduk secara signifikan berkaitan dengan peningkatan gula darah dan kadar kolesterol. Demikian pula dengan risiko diabetes dan penyakit jantung. Risiko itu lebih besar bahkan setelah peneliti memperhitungkan durasi olahraga dan jumlah lemak tubuh.

"Diabetes dan pencegahan penyakit kardiovaskular saat ini hanya difokuskan pada olahraga. Meminta orang untuk lebih giat olahraga memang membantu, tetapi lebih efektif jika mereka disarankan untuk mengurangi waktu duduk dan lebih banyak bergerak," kata Henson.

Cr : http://health.kompas.com/read/2013/03/01/14503923/Kebanyakan.Duduk.Memicu.Diabetes

Selasa, 19 Maret 2013

Bukan Sate Kambing, Tetapi Garamnya yang Bikin Darah Tinggi






Pantangan makan sate kambing bagi pemilik penyakit darah tinggi adalah mitos yang sudah tak asing di telinga. Akan tetapi, bukan sate kambingnya yang salah. Sate kambing sendiri tidak menimbulkan darah tinggi, melainkan kadar garam yang digunakan sebagai bumbunya.

"Di dalam garam itu terdapat natrium. Natrium inilah yang memengaruhi proses transportasi darah ke dalam jaringan. Natrium akan menyebabkan darah menjadi kental, sehingga proses transportasi akan terhambat dan akan meningkatkan tekanan jantung ketika memompa, tekanan yang dibutuhkan akan lebih besar," kata dr Adre Mayza, SpS selaku advisory board di Indonesian Society of Hipertension (InaSH).

Dr Adre juga menjelaskan, banyak sekali makanan dan minuman yang luput dari perhatian masyarakat. Padahal makanan-makanan ini adalah hal kecil yang sering dikonsumsi. Natrium merupakan salah salah satu zat yang diperlukan oleh tubuh, namun jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Konsumsi garam yang disarankan adalah sebanyak 1500 gram per hari atau sekitar 2/3 sendok teh. Namun tanpa kita sadari dalam sehari, terkadang konsumsinya bisa sangat berlebihan, terutama bila sering menyantap makanan cepat saji, makanan kaleng atau jenis makanan siap saji lainnya seperti mie instan.

"Semua yang asin-asin, misalnya ada orang makan pakai nasi, mentega, pakai kerupuk lagi, sudah terbayang bagaimana asinnya. Makanan jenis ini terbagi dua, yaitu tingkat atas dan bawah. Pada tingkat atas contohnya keripik-keripik asin. Sedangkan tingkat bawah adalah ikan asin. Garam sendiri pada dasarnya digunakan sebagai zat pengawet pada makanan," terang dr Adre.

Tak ketinggalan, dr. Tunggul Situmorang, SP.PD-KGH pun berpendapat bahwa junk food cukup berbahaya dan ancamannya bersifat jangka panjang sehingga membuat orang jadi tidak aware dan tidak sadar. Daging juga sebenarnya tidak pernah membikin hipertensi, tapi pengolahannya dengan garam lah yang membuat demikian.

"Nah, kemudian yang dikatakan tadi adalah daging itu kan berlemak, lemaknya itu yang jadi masalah. Di buku mana pun tidak ada daging itu membuat hipertensi. Tetapi waspada bahwa daging itu dimasak dengan garam dan disitu banyak lemak," ujar dr Tunggul yang merupakan ahli ginjal ini.

Lebih lanjut lagi, dr Tunggul menambahkan bahwa penumpukan lemak akan mengeraskan pembuluh darah dan menyebabkan hipertensi. Tapi jika dibilang demikian, takutnya orang-orang jadi takut makan daging. Sedangkan jika diet terlalu ekstrim atau ketat dengan tidak memakan garam sama sekali, tubuh bisa menjadi lemas.

Sate kambing mengandung protein yang akan menghasilkan zat pemicu penebalan pembuluh darah dan menimbulkan kolesterol jika dikonsumsi terlalu sering. Jadi mulai sekarang, kurangi kadar garam dalam masakan dan gantilah camilan dengan camilan sehat yang dapat menjaga kesehatan Anda. Selamat mencoba.

Cr : http://health.detik.com/read/2013/03/20/162721/2199160/775/bukan-sate-kambing-tetapi-garamnya-yang-bikin-darah-tinggi

Rabu, 13 Maret 2013

Sarapan Pagi yang Sehat, Apa Saja yang Perlu Disantap?


Sarapan layaknya bahan bakar agar tubuh dapat bekerja dengan optimal sepanjang hari. Sarapan yang baik dan berkualitas akan menjamin aktivitas di kantor tetap lancar dan sebaliknya, sarapan yang kurang bergizi akan membuat tubuh kurang bertenaga. Maka, perhatikan syarat sarapan yang sehat.

"Jamnya tergantung kapan dia bangun, setengah jam atau satu jam setelah bangun sudah boleh sarapan. Karena pada saat bangun tidur, gula darah turun, jadi harus dikasih asupan makanan," kata dr. Titi Sekarindah, MS, SpGK, pakar diet dari RS Pusat Pertamina kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (27/3/2013).

Mengenai jumlah asupan kalori yang ideal untuk sarapan, dr Titi menjelaskan bahwa yang tepat adalah sepertiga dari total kalori. Jadi jika misalnya membutuhkan 1.200 kalori, maka sebaiknya hanya mengkonsumsi 400 kalori untuk sarapan. Mengkonsumsi roti juga boleh, asal zat gizinya seimbang.

Apabila mengkonsumsi roti, dr Titi menyarankan untuk menggunakan roti gandum lalu ditambah telur atau diselipkan keju rendah lemak. Bisa juga dengan diolesi selai kacang atau selai biasa. Yang penting adalah tetap dijaga agar rendah lemak. Satu lagi yang tak boleh terlewat adalah susu.

"Untuk dewasa, disarankan minum susu low fat (rendah lemak) untuk menghindari kegemukan. Kalau makannya nasi sedikit saja, tambahkan sayur dan lauk untuk protein. Oat meal juga bagus. Yang terpenting adalah keseimbangan menunya," jelas dr Titi.

Bagi yang sudah terbiasa minum kopi di pagi hari biar tak mudah ngantuk, dr Titi menerangkan bahwa kebiasaan tersebut tidak masalah, asal cukup satu cangkir. Namun sarapan tetap harus menjadi prioritas utama. Jika tak sempat sarapan, lebih baik membawa bekal dari rumah.

"Jangan makan jajanan kantor seperti nasi uduk atau gorengan, sebisa mungkin hindari. Jika tak sarapan risikonya lemas, tidak konsentrasi, tidak ada semangat kerja," ujar dr Titi.

Cr : http://health.detik.com/read/2013/03/27/085815/2204738/775/sarapan-pagi-yang-sehat-apa-saja-yang-perlu-disantap

Senin, 04 Maret 2013

Awas, Kelamaan Duduk di Kantor Bikin Gemuk dan Penyakitan


Deadline, rapat bergilir, bahkan mengerjakan setumpuk pekerjaan hingga lembur membuat karyawan seringkali terlalu lama duduk. Biasanya karena terlalu lama duduk, karyawan akan mengeluh sakit pinggang.

Terlalu lama duduk memang dapat menyebabkan banyak penyakit. Karena itu meski di kantor banyak duduk, harus diimbangi dengan kegiatan olahraga.

"Orang yang banyak duduk tapi juga punya aktivitas olahraga yang baik dan mengatur makanan dan atau mereka yang memiliki faktor genetik langsing, tidak mengalami kegemukan karena 'banyak' duduk. Akan tetapi kalau hampir tidak aktif bergerak selain duduk, apalagi diikuti kebiasaan makan junk food, maka kemungkinan kegemukan tentu ada," ujar praktisi gaya hidup sehat, dr Phaidon L Toruan MM yang dalam perbincangan dengan detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (27/3/2013).

Dari penelitian yang sudah ada dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan duduk dalam waktu lama dengan sejumlah masalah kesehatan, seperti kegemukan dan kelainan metabolik. Hal itu dikenal dengan 'metabolic syndrome'. Metabolic syndrome merupakan sekumpulan kondisi gangguan kesehatan termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kelebihan lemak di sekitar pinggang dan kadar kolesterol yang tidak normal.

Dr Phaidon juga menjelaskan walaupun punya kebiasaan olahraga beberapa jam dalam seminggu, tidak secara signifikan akan menurunkan risiko. "Solusinya adalah mengurangi jumlah jam duduk, dan lebih banyak bergerak," sambungnya.

Saat bergerak, otot akan aktif memicu proses yang berhubungan dengan pemecahan lemak dan gula di dalam tubuh. Sedangkan ketika duduk, proses ini seperti terhenti. Ketika seseorang berdiri, proses ini berlangsung kembali. Karena itu berjalan-jalan dan beranjak sebentar dari kursi dapat menjadi salah satu pilihan untuk bergerak di kantor.

Senada dengan hal itu, dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH menuturkan idealnya setelah duduk selama 2 jam maka seseorang harus bergerak 15 menit. "Ini dapat mengembalikan aliran darah yang tidak lancar, mengurangi kram dan kesemutan pada bagian tubuh tertentu," terang dr Ari.

Nah, bagi Anda para pekerja kantoran, dr Phaidon menyarankan beberapa aktivitas sederhana yang bisa mengimbangi kegiatan banyak duduk di kantor. Berikut ini aktivitas yang bisa Anda lakukan:

1. Jika bekerja di kantor dalam waktu lama, coba gunakan 'standing desk' atau lakukan improvisasi (bayangkan para resepsionis di hotel yang selalu berdiri saat bekerja).

2. Berdiri saat menerima telepon.

3. Ubah pola meeting dengan jalan-jalan sambil berdiskusi ketimbang meeting dalam kondisi duduk.

Selain kegemukan, duduk terlalu lama juga dapat menimbulkan ambeien bahkan penyakit kardiovaskular.

"Mereka yang menghabiskan waktu lebih banyak duduk, meningkatkan 50 persen kematian dari berbagai penyakit dan juga meningkatkan 125 persen risiko akan kejadian penyakit kardiovaskuler seperti nyeri dada dan serangan jantung. Peningkatan risiko ini dipisahkan dari faktor risiko lain terhadap sakit jantung seperti merokok, dan tekanan darah tinggi," jelas dr Phaidon.

Dengan banyak bergerak, walaupun dengan gerakan santai bisa membuat perubahan besar. Anda akan membakar lebih banyak kalori dan ini berarti pembakaran lemak lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan sirkulasi. Selamat mencoba.


Cr : http://health.detik.com/read/2013/03/27/150822/2205315/775/awas-kelamaan-duduk-di-kantor-bikin-gemuk-dan-penyakitan

Sabtu, 02 Maret 2013

Ini Risikonya Kalau Sering Bunyikan Sendi Agar Badan Tak Kaku






Saat tubuh terasa pegal, membunyikan sendi hingga berbunyi 'kretek-kretek' bisa memberikan sensasi relaksasi tersendiri. Untuk sejenak, rasa pegal itu bisa hilang atau minimal teralihkan. Namun, amankah melakukan kebiasaan tersebut?

"Boleh saja asal tidak sering-sering, misal 5 menit sekali dibunyikan," kata Dr Michael Triangto, SpKO, pakar kesehatan olahraga dari RS Mitra Kemayoran saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (27/3/2013).

Jika dilakukan berlebihan, misalnya 5 menit sekali, maka bisa menyebabkan persendian mengalami keausan. Dalam jangka panjang, jika kebiasaan ini dibiarkan berlarut-larut bisa menyebabkan osteoarthritis (OA) atau sejenis peradangan pada sendi.

Selain itu, Dr Michael juga menyarankan agar membunyikan sendi hingga berbunyi 'kretek-kretek' sebaiknya dilakukan sendiri. Tidak dianjurkan minta bantuan orang lain, sebab hanya masing-masing orang yang bisa benar-benar mengenal tubuhnya sendiri.

Sementara itu, dokter spesialis bedah orthopedi dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dr Benedictus Megaputera, MSi, SpOT sependapat bahwa kebiasaan ini sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan. Menurutnya, tindakan ini bisa memicu pergeseran bantalan sendi antar tulang belakang.

Pergeseran yang terjadi pada bantalan tulang belakang menurut dr Benedictus bisa menyebabkan penekanan pada sumsum tulang belakang. Tindakan ini dapat menyebabkan pergeseran bantalan sendi antar tulang belakang (discus intervertebralis) yang dapat menyebabkan penekanan pada sumsum tulang belakang maupun syaraf perifer yang keluar dari ruas tulang belakang.

"Bila badan terasa nyeri dan pegal-pegal setelah duduk lama sebaiknya melakukan istirahat sejenak sambil melakukan peregangan otot (stretching)," jelas dr Benedictus.

Sedangkan jika rasa nyeri atau pegal itu sudah terasa mulai mengganggu, dr Benedictus menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan antiimflamasi dalam bentuk gel maupun oral dan bila perlu dokter akan memberikan obat pelemas otot.

Cr : http://health.detik.com/read/2013/03/27/170111/2205476/775/ini-risikonya-kalau-sering-bunyikan-sendi-agar-badan-tak-kaku

Jumat, 01 Maret 2013

Risiko di Balik Sering Kerja Lembur dan Shift Malam


Persaingan bisnis di dunia kerja yang semakin ketat membuat tingginya target yang mesti dicapai oleh perusahaan. Alhasil, dampak ini berimbas pada karyawan yang dituntut bekerja melebihi batas jam kerja dari biasanya alias kerja lembur.

Ketika karyawan telah menghabiskan waktunya seharian di kantor semua pekerjaan pasti teratasi. Akan tetapi ada urusan lain yang tidak bisa teratasi yaitu jam tidur menjadi tidak normal dan kerap kali mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Sebab normalnya orang membutuhkan jam tidur sekitar 6-8 jam seharinya.

"Benar sering lembur bikin insomnia. Ini disebabkan karena irama di dalam tubuh berubah," kata Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk, spesialis kesehatan dan keselamatan kerja Universitas Indonesia kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (27/3/2013)

Di tengah kondisi persaingan yang kompetitif, tak sedikit juga perusahaan yang memberlakukan jam kerja untuk karyawannya secara bergantian dengan sistem shift. Hati-hati jika Anda mendapat jatah shift pada malam hari, karena dengan rotasi kerja seperti ini bisa menimbulkan risiko terkena serangan jantung dan kanker.

"Bisa (berisiko jantung dan kanker), karena irama di dalam tubuh yang terganggu tadi. Irama dalam tubuh berubah, metabolisme juga akan berubah," ujar Dr Astrid.

Seperti diketahui, proses tidur di malam hari dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari yang hilang di saat matahari terbenam selaras dengan meningkatnya hormon tidur yaitu melatonin di dalam tubuh yang menginduksi tidur. Kondisi ini yang akan mengantarkan seseorang memasuki tidurnya di malam hari.

Dokter yang pernah melanjutkan studi di University of Michigan Ann Arbor (USA) dan meraih gelar Master of Public Health in Occupational Medicine ini menjelaskan bahwa pola tidur yang benar sebaiknya dilakukan pada malam hari karena gelap dan sunyi, sehingga tubuh dapat beristirahat dengan baik.

Namun kenyataannya, kondisi ini tidak berhasil menjadi pola yang baik bagi pekerja lembur dan shift malam. Pastinya tubuh akan memberikan sinyal untuk memerlukan waktu beristirahat. Sebab, jika hal ini dilakukan secara terus-menerus maka risiko jantung akan mengintai.

"Kalau siang harus tidur itu selain ada cahaya yang cukup terang, juga lebih ramai ini akan mengganggu dan dapat berakibat pada tekanan darah dan berefek pada jantung," sambung Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk.

Jika mengikuti jam biologis tubuh manusia, selamanya performa kerja manusia tak akan optimal bila bekerja pada malam hari. Waktu yang ideal bagi pekerja shift adalah 2 hari malam, 2 hari pagi, dan 2 hari siang.

"Idealnya untuk shift malam selang 2 hari. 2 hari shift malam, 2 hari pagi, 2 hari siang misalnya. Jangan sampai seminggu, karena dengan begitu tubuh sudah beradaptasi sehingga akan kaget ketika harus berganti shift," kata Dr Astrid.

Cr: http://health.detik.com/read/2013/03/27/174034/2205526/775/risiko-di-balik-sering-kerja-lembur-dan-shift-malam
 

All In Share :). Design By: SkinCorner