Dukungan terhadap pelarangan iklan dan sponsor rokok menjadi fokus
peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyoroti banyaknya generasi muda yang terpapar iklan rokok
kemudian terpengaruh.
WHO SEARO (South-East Asia Region) dalam rilisnya mengungkap, 3 dari 4 anak usia 13 hingga 15 tahun terpapar oleh pesan-pesan pro-rokok melalui billboard. Pesan-pesan serupa juga didapat dari kegiatan olahraga atau kegiatan lain yang disponsori rokok.
WHO SEARO (South-East Asia Region) dalam rilisnya mengungkap, 3 dari 4 anak usia 13 hingga 15 tahun terpapar oleh pesan-pesan pro-rokok melalui billboard. Pesan-pesan serupa juga didapat dari kegiatan olahraga atau kegiatan lain yang disponsori rokok.
Oleh
karenanya, WHO SEARO yang merupakan pewakilan WHO untuk Asia Tenggara
menyerukan larangan iklan, promosi dan segala bentuk sponsorship rokok
di negara-negara anggotanya. Tujuannya untuk mengurangi angka kematian
akibat rokok di Asia Tenggara yang ditaksir mencapai 1,3 juta jiwa tiap
tahun.
"Statistik menunjukkan bahwa larangan iklan dan sponsor tembakau adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi permintaan rokok," pesan direktur regional WHO SEARO, Dr Samlee Plianbangchang.
"Pelarangan yang komprehensif terhadap segala bentuk iklan, promosi dan sponsorship tembakau bisa mengurangi konsumsi tembakau rata-rata sekitar 7 persen, dengan beberapa negara mengalami penurunan konsumsi hingga 16 persen," lanjutnya.
Riset yang dilakukan WHO SEARO menunjukkan bahwa 1 dari 10 pelajar di Asia Tenggara memiliki benda yang mencantumkan logo sebuah merek rokok dan 1 dari 10 pelajar pernah diberi rokok gratis oleh perusahaan rokok. Tak cuma itu, 7 dari 10 pelajar juga menjumpai merek rokok saat menonton tayangan olahraga di televisi.
"Statistik menunjukkan bahwa larangan iklan dan sponsor tembakau adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi permintaan rokok," pesan direktur regional WHO SEARO, Dr Samlee Plianbangchang.
"Pelarangan yang komprehensif terhadap segala bentuk iklan, promosi dan sponsorship tembakau bisa mengurangi konsumsi tembakau rata-rata sekitar 7 persen, dengan beberapa negara mengalami penurunan konsumsi hingga 16 persen," lanjutnya.
Riset yang dilakukan WHO SEARO menunjukkan bahwa 1 dari 10 pelajar di Asia Tenggara memiliki benda yang mencantumkan logo sebuah merek rokok dan 1 dari 10 pelajar pernah diberi rokok gratis oleh perusahaan rokok. Tak cuma itu, 7 dari 10 pelajar juga menjumpai merek rokok saat menonton tayangan olahraga di televisi.
Sumber : Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar